Loading...
Dalam serangannya ke Indonesia, tentara Jepang memperoleh kemajuan yang sangat cepat. Secara gemilang, Jepang menduduki Tarakan pada tanggal 11 Januari 1942, Palembang pada tanggal 14 Januari, Menado pada tanggal 17 Januari, Balikpapan pada tanggal 22 Januari, Pontianak pada tanggal 22 Februari, dan Bali pada tanggal 26 Februari 1942.
Dalam upaya merebut Pulau Jawa, Jepang membentuk "Operasi Gurita". Gurita Barat dari Indo-China melalui Kalimantan Utara dengan sasaran Pulau Jawa, sedangkan Gurita Timur dari Filipina melalui Selat Makasar menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kekuatan Jepang sebagai penyerang jauh lebih besar dibanding dengan kekuatan Belanda yang hanya bisa bertahan. Operasi Gurita Barat tidak mengalami kesulitan mendarat di Eretan (Indramayu) dan Banten, sedangkan Gurita Timur harus menghadapi Sekutu dalam pertempuran laut dekat Balikpapan (Kalimantan Timur). Apalagi di Laut Jawa (The Battle of the Java Sea) terutama di perairan antara Bawean, Tuban, dan Rembang berlangsung pertempuran selama tujuh jam pada tanggal 27 Februari 1942. Armada laut Sekutu pada saat itu di bawah komandan Laksamana Karel Doorman praktis dihancurkan. Sebagian kecil berhasil meloloskan diri, itu pun karena dilindungi cuaca malam yang gelap. Serangan Angkatan Laut Jepang terhadap Pulau Jawa diwakili oleh Gurita Barat di bawah pimpinan Jenderal Hitosyi Imamura. Tentara Jepang yang mendarat di Indramayu bergerak terus ke Kalijati yang merupakan basis Belanda di dataran tinggi Bandung. Begitu pula pasukan yang mendarat di Kragan (Rembang) bertugas memotong garis hubung yang menghubungkan Bandung-Surabaya dengan menguasai Kragan dan Cilacap. Secara sporadis, tentara Jepang mulai mengadakan serangan terhadap daerah Subang dan sekitarnya.
Untuk menghindari semakin banyak korban, terutama keluarga-keluarga Belanda yang semakin banyak memadati daerah Kalijati, Belanda terpaksa menyerah kalah terhadap Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 dan menandatangani Perjanjian Kalijati. Perjanjian itu ditandatangani bersama oleh Tjarda van Starkenborgh Starchouwer (Gubernur Jenderal Hindia Belanda) dan Letnan Jenderal Hitosyi Imamura (Komandan Gurita Barat) dari Jepang serta Letnan Jenderal Heindrik Teerporten Panglima Tentara Belanda. Perjanjian Kalijati mengakhiri kekuasaan Belanda di Indonesia. Sejak saat itu pemerintahan militer Jepang mulai berkuasa di Indonesia.
Daftar Pustaka : YUDHISTIRA
Loading...