Loading...
Alam semesta dan lingkungan yang kita tempati sudah selayaknya kita pelihara dengan baik seperti halnya kita memelihara diri kita sendiri. Masyarakat sepatutnya memperhatikan lingkungan sekitar. Jika tidak, lingkungan tersebut dapat rusak. Ada beberapa kebiasaan buruk masyarakat yang berdampak pada kerusakan ekosistem alam lingkungan, di antaranya adalah sebagai berikut:
A. Pembakaran Hutan
Tindakan pembakaran hutan sering dilakukan oleh masyarakat pedalaman yang melakukan pola ladang berpindah, pengusaha HPH (hak pengusahaan hutan), dan pendaki gunung yang ceroboh. Kebakaran hutan mudah terjadi tetlebih-lebih pada musim kemarau.
Kobaran atau percikan api kecil dapat menyulut kebakaran yang besar. Di Indonesia hampir setiap tahun selalu terjadi kebakaran hutan, baik yang terjadi di Kalimantan maupun di Sumatra. Dampak kebakaran hutan itu menimbulkan kabut asap yang membahayakan kesehatan manusia, mengganggu lalu lintas transportasi udara dan air, serta kehidupan flora dan fauna.
B. Polusi Udara
Banyaknya jumlah kendaraan bermotor di kota-kota besar ternyata tidak hanya menimbulkan masalah lalu lintas seperti terjadinya kemacetan, tetapi juga polusi udara yang berasal dari asap knalpot kendaraan. Hal tersebut diperburuk oleh kurangnya penyerapan polutan oleh tanaman di kota serta tidak adanya pengendalian ambang batas polusi udara oleh aparat yang berwenang.
Kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Semarang, dan Makassar bisa dijadikan contoh betapa polusi dari kendaraan bermotor sangat membahayakan kesehatan warga masyarakat. Pemerintah sendiri telah berupaya untuk mengurangi polusi udara dengan cara membuat jalur hijau berupa penanaman tumbuhan serta bunga di sepanjang jalan-jalan utama.
C. Polusi Tanah dan Air
Di daerah perkotaan, terutama di daerah industri masih banyak proses pembuangan limbah padat maupun cair secara sembarangan tanpa memperhitungkan dampaknya bagi masyarakat dan lingkungan. Limbah tersebut mengakibatkan terjadinya pencemaran tanah dan lingkungan. Masyarakat di sekitar pabrik pun menjadi korban.
Hal ini disebabkan air Iimbah dari pabrik tidak diolah secara baik sebelum dibuang. Oleh karena itu, timbul bau menyengat di sepanjang selokan dan sungai. Masyarakat pun tidak jarang terkena berbagai penyakit, seperti gatal-gatal dan sesak napas.
Pemerintah sudah berusaha mengurangi kasus pencemaran limbah dengan penempatan pabrik di luar kota atau pinggiran kota. Tujuannya untuk mengurangi polusi tanah dan air di lingkungan permukiman. Jika ada orang atau lembaga akan mendirikan pabrik di kompleks permukiman, harus mendapat izin dari masyarakat sekitarnya.
Pembangunan Rumah di Area Resapan Air Sekarang terdapat kecenderungan di masyarakat, orang-orang kaya membuat bangunan permanen di daerah pegunungan dan daerah resapan air. Akibatnya, air tanah sulit didapat, udara terasa panas, dan tidak ada lagi pohon dan tumbuhan yang berfungsi menahan air hujan dan banjir.
Oleh karena itu, tidak aneh jika berwisata ke suatu daerah pegunungan, sudah tidak terasa udara yang sejuk lagi. Hal tersebut terjadi karena pepohonan sebagai penyaring polusi udara sudah mulai berkurang dan diganti dengan munculnya banyak bangunan permanen. Daerah resapan air biasanya berada di bagian hulu sungai atau di bagian lereng pegunungan.
Laporan Perjalanan Pariwisata Perjalanan wisata adalah perjalanan yang dilakukan secara bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, atau bertamasya. Perjalanan wisata juga bisa dilakukan secara perorangan. Perjalanan wisata terbagi atas beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
1. wisata bahari,
2. wisata budaya, dan
3. wisata karya.
Wisata bahari adalah wisata untuk menikmati alam laut. Wisata budaya adalah wisata dengan tujuan untuk mengamati hasil kebudayaan. Wisata karya adalah wisata dengan melakukan perjalanan dalam rangka kunjungan kerja. Orang yang melakukan wisata disebut wisatawan. Tempat tujuan wisata yang dikunjungi oleh wisatawan disebut objek wisata.
Daftar Pustaka: Yudhistira
Loading...