Loading...

Pengertian Filum Annelida, Ciri dan Klasifikasinya

Loading...
Pengertian dan asal usul Kata Anneelida berasal dari bahasa Yunani, yaitu annulus yang berarti gelang atau segmen. Jadi, annelida dapat diartikan sebagai cacing yang tubuhnya bersegmen-segmen menyerupai cincin/ gelang.

Ciri Filum Annelida

Pada umumnya semua anggota filum Annelida memilild tiga lapisan dinding tubuh (triploblastik), yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Bagian mesoderm sudah berkembang menjadi rongga yang disebut selom sehingga cacing ini disebut hewan triploblastik selomata. 

Dinding luar selom melekat pada ektoderm membentuk lapisan somatik, sedangkan dinding dalamnya melekat pada endoderm membentuk lapisan splangnik. Bentuk luar tubuh, tampak memanjang tersusun atas ruas-ruas seperti cincin. 

Setiap ruas bersifat metameri atau somit. Artinya, setiap segmen tubuh memiliki alat ekskresi, alat reproduksi, otot, pembuluh darah, dan sebagainya. Segmen-segmen tersebut tetap beranekaragam dan terkoordinasi dalam suatu sistem. Annelida banyak ditemukan di daerah tanah gembur dan tumpukan sampah tumbuh-tumbuhan.

Mulut terdapat pada ujung anterior, sedangkdn anus pada ujung posterior. Pada permukaan tubuh dan setiap segmen terdapat rambut atau seta yang berfungsi sebagai alat gerak. Cacing ini memiliki sistem peredaran darah tertutup, sistem saraf, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem ekskresi, dan sistem pernapasan. 

Annelida memiliki sistem saraf tangga tali (sepasang ganglion otak dihubungkan oleh tali saraf longitudinal). Sisa metabolisme diekskresi melalui nefridium. Pernapasan biasa dilakukan oleh seluruh permukaan tubuhnya. Anggota cacing ini ada yang bersifat hermafrodit dan ada juga yang bersifat gonokoris (alat kelamin jantan dan betina terpisah atau terdapat pada individu yang berbeda). 

Klasifikasi Filum Annelida

Filum Annelida dapat dikelompokkan atas tiga kelas, yaitu Polychaeta, Olygochaeta, dan Hirudinea.
  • Kelas Polychaeta
Nama kelas Polychaeta berasal dari kata poly - banyak, chaeta rambut atau seta. Jadi, polychaeta berarti cacing yang memiliki banyak rambut. Habitat cacing ini umumnya di laut. Mereka memiliki panjang tubuh sekitar 5 sampai 10 cm, dengan garis tengah 2 sampai 10 mm. Warna tubuh beraneka ragam. 

Misalnya berwarna merah, merah muda, hijau, atau warna campuran. Segmen-segmen pada tubuh hampir sama. Pada setiap segmen terdapat seta dan sepasang parapodia (kaki berdaging) yang berfungsi sebagai alat gerak. 

Anggota cacing ini memiliki sistem peredaran darah tertutup dan sistem saraf tangga tali. Sistem reproduksi cacing ini bersifat gonokoris atau berupa kelamin yang terpisah. Pada tingkat perkembangannya memiliki larva yang disebut trokofor. Pada polychaeta tidak terdapat klitelum. Pada ujung anteriornya terdapat kepala yang dilengkapi oleh alat sensoris. 

Polychaeta bereproduksi secara kawin. Pembuahannya biasa terjadi di luar tubuh. Setelah pembuahan, telur akan menetas menghasilkan larva trokofor. Selanjutnya, larva tersebut akan tumbuh menjadi cacing dewasa. Beberapa contoh polychaeta antara lain adalah Eunice viridis, Lysidice oele, Nereis virens, dan Arenicola. 

Eunice viridis atau cacing palolo banyak ditemukan hidup di laut kepulauan Fiji dan Samoa, sedangkan Lysidice oele atau cacing wawo di laut Maluku. Kedua macam cacing tersebut mudah ditangkap dan dapat dikonsumsi. 

  • Kelas Oligochaeta
Kelas ini merupakan kelompok cacing bersegmen yang memiliki sedikit seta; oly = sedikit. Anggotanya yang paling dikenal adalah cacing tanah, yaitu Lumbricus terrestris dan Pheretima sp. Pada umumnya, Lumbricus terrestris berukuran besar dan banyak ditemukan di benua Amerika dan Eropa, sedangkan Pheretima sp. berukuran kecil dan banyak hidup di Indonesia. 

Cacing tanah dapat hidup di darat atau di air tawar. Tubuhnya bersegmen dan memiliki sedikit seta. Semua anggota cacing tanah tidak memiliki parapodia. Mereka bergerak dengan otot longitudinal dan otot sirkuler. Cacing tanah memiliki 15 sampai 200 segmen. Pada segmen (somit) ke 32 hingga 37 (pada Lumbricus) dan somit ke 10 hingga 11 (pada Pheretima) terdapat penebalan kulit yang biasa disebut klitelum atau sadel yang mengandung kelenjar. 

Pengertian Filum Annelida, Ciri dan Klasifikasinya


Cacing tanah bereproduksi secara seksual. Pada umumnya, cacing tanah bersifat hermafrodit. Akan tetapi, fertilisasi tidak dilakukan sendiri, melainkan secara silang dengan melibatkan cacing lainnya. Dua cacing yang kawin saling menempelkan tubuhnya dengan ujung kepala berlawanan. Alat kelamin jantan mengeluarkan sperma dan diterima oleh klitelum cacing pasangannya.

Pada saat bersamaan, klitelum mengelu arkan mukosa (kelenjar) kemudian ntembentuk kokon. Sperma bergerak ke alat reproduksi betina dan disimpan di reseptakel seminal. Ovum yang dikeluarkan dari ovarium akan dibuahi oleh sperma. Selanjutnya, ovum yang telah dibuahi masuk ke dalam kokon. Telur bersama kokon akan lepas dari tubuh cacing dan menetas menjadi individu baru. 

Cacing tanah memiliki kepala berukuran kecil, tetapi tidak memiliki rahang, mata, atau alat peraba. Mereka hidup sebagai saprozoik. Pernapasan dilakukan oleh seluruh permukaan tubuh secara difusi. Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah tertutup. Permukaan tubuh tertutup oleh lapisan kutikula. Cacing tanah dikenal memiliki daya regenerasi yang tinggi. Contoh anggota oligochaeta lainnya adalah Aelosoma, Nais, dan Tubifex. 

  • Kelas Hirudinea
Nama kelas Hirudinea berasal dari kata hirudo yang berarti lintah. Hewan ini hidup di air tawar, laut, dan darat. Tubuh lintah pipih dorsal ventral dan permukaannya tertutup oleh kutikula yang disekresikan oleh epidermis. Lintah tidak memiliki seta dan parapodia.

Hewan ini memiliki dua alat isap: satu di bagian ujung anterior dan satu di ujung posterior (berukuran lebih besar). Lintah hidup sebagai ektoparasit temporer, yaitu hidup menempel sementara pada manusia atau mamalia lainnya untuk mengisap darah.

Cairan tubuh / darah yang diisap disirnpan di dalam tembolok. Lintah bersifat hermafrodit. Anggota kelompok hewan ini meliputi lintah dan pacet. Hirudo medicinalis (lintah), dapat menghasilkan zat hirudin dan banyak hidup di Eropa dan Amerika. Haemadipsa zeylanica (pacet), banyak hidup di Asia Tenggara. Hirudinaria javanica, disebut juga lintah kuning.

 Daftar Pustaka: Yudhistira
Loading...