Loading...

Metode Sistem Persediaan Barang Dagang (Stock Of Goods)

Loading...
It is a common practice for trade companies to have a stock of goods. Nevertheless, there are some trade companies which do not have it, though the number is very small. One example is food sellers who can either return the goods if they are not sold out or bear the loss by them selves. Therefore, these tradesmen are classified as traders who do not have a stock because they only provide goods on a daily basis.

Perusahaan dagang memiliki persediaan barang dagang itu sudah menjadi sesuatu yang lazim. Meskipun demikian, ada juga perusahaan yang tidak memilikinya walaupun jumlahnya sedikit sekali. Contohnya adalah pedagang makanan yang tidak bertahan lama ketika dagangannya tidak laku bisa mengembalikan pada pabrik tempat ia membeli, atau menanggung kerugian sendiri. Karena itu, mereka termasuk pedagang yang tidak memiliki persediaan barang dagang karena mereka hanya menyediakan barang dagangannya untuk setiap hari saja.

A. Counting the Stock of Goods - Penghitungan Persediaan Barang Dagang

In counting the stock of goods (inventory), there are two systems which are often used, namely perpettial system and physical system. Each of them has three methods, namely FIFO (First In, First Out), LIFO (Last In, First Out) and average method. Each of the three will be discussed in more detail in the following.

Dalam menghitung persediaan barang dagang, ada dua sistem yang sering digunakan, yaitu perhitungan secara perpetual dan perhitungan secara fisik. Masing-masing sistem itu memiliki tiga cara, yakni FIFO (First In, First Out), LIFO (Last In, First Out) dan juga metode rata-rata. Berikut ini akan dibahas secara lebih jelas.

B. Perpetual System (Consecutive System) - Sistem Perpetual (Beruntun)

As indicated by the name, this system is a system of counting the stock of goods which is conducted consecutively every time there is a purchase or sale of goods. The counting of stock of goods is closely related to the determination of the cost of goods sold to find gross profit. As mentioned earlier, the three methods of stock counting, namely FIFO, LIFO and average, are used in both perpetual system and physical system.

Sesuai dengan namanya, sistem ini merupakan sistem penghitungan persediaan barang dagang dimana perhitungan dilakukan secara beruntun setiap ada pembelian ataupun penjualan barang dagang. Penghitungan persediaan barang dagang sangat terkait dengan penentuan harga pokok penjualan (HPP) untuk mencari laba kotor. Seperti telah disebutkan sebelumnya, ketiga metode perhitungan persediaan, yaitu FIFO, LIFO dan rata-rata (average) sama-sama digunakan, baik dalam sistem perpetual (beruntun) maupun sistem fisik.

1. The FIFO Method - Metode FIFO

In applying the FIFO method in perpetual system, it is assumed that goods which are purchased earlier will be sold earlier. This is called an assumption because the reality may not be like that, but in calculating price and the quantity of the goods sold and the goods which are still kept in storage, the assumption is used. To make it easier to understand, please study the following illustrative table.

Pada sistem perpetual dengan metode FIFO, diasumsikan bahwa barang dagangan yang dibeli dulu akan dijual lebih dulu. Hal ini disebut asumsi karena belum tentu seperti s itu, namun untuk menghitung harga dan jumlah barang yang dijual dan yang masih tersisa di gudang digunakan anggapan (asumsi) tersebut.

From the illustration, we know that the initial stock is 2,000 units which are worth Rp 2,000,000 and the final stock is 800 units and worth Rp 1,040,000.

Dari ilustrasi tersebut dapat diketahui persediaan awal sebesar 2.000 unit atau seharga Rp 2.000.000,00 dan persediaan akhirnya sejumlah 800 unit atau sekitar Rp 1,040,000.

If we look carefully at the illustrative table above, we will see that when there are purchases at different prices, the time of selling is determined by prioritizing the goods which are bought earlier So, the earliest cost price is used to determine the earliest selling price.

For example, in the initial stock the unit price was set at Rp 1,000 and then on 6 March it was added up at a unit price of Rp 1,200. There fire, at the sale on 7 March as many as 2,000 units, the articles sold were the ones priced at Rp 1,000 first, Ibllowed by the iones priced at Rp 1,200 and Rp 1,300.

Jika kita meneermati tabel ilustrasi di atas, kita akan mencmukan bahwa ketika ada harga pembelian yang berbeda-beda maka harga penjualannya ditentukan dengan asumsi barang yang lebih dulu dibeli, dijual teriebih dulu. Jadi harga beli yang paling awal akan digunakan untuk menghitung penjualan yang paling awal pula.

Contohnya, pada saldo awal itu tertulis harga satuannya sebesar Rp 1.000,00 dan sempat ditambah pada tanggal 6 dengan harga satuannya Rp 1.200,00. Karena itu, saat menjual tanggal 7 sejumlah 2.000 unit, maka yang didahulukan adalah yang berharga Rp 1 .000,00 baru kemudian yang berharga Rp 1.200,00 dan Rp 1.300,00.

2. LIFO (Last In First Out)

This method is the inverse of the previous method, FIFO. In this method, the balance of stock is counted on the assumption that the goods sold first are the ones which are purchased the latest. Although the goods sold may not be the ones purchased the latest, the setting of unit price is based on the latest purchase price. The following is an illustrative table of stock of goods in the store of a trade company counted using the LIFO method.

Metode Sistem Persediaan Barang Dagang (Stock Of Goods)

Metode ini merupakan kebalikan dari metode sebelumnya yaitu FIFO. Dalam metode ini, saldo persediaan dihitung dengan asumsi barang yang dijual lebih dulu adalah barang yang dibeli belakangan. Jadi meskipun barang yang dijual belum tentu yang dibeli terakhir namun penghitungan harga satuannya menggunakan barang yang dibeli akhir. Berikut ini adalah tabel ilustrasi persediaan barang dagang yang dihitung dengan metode LIFO yang ada di gudang sebuah perusahaan dagang.

From the table above, we can see clearly that goods which are purchased later are sold first. By using the LIFO method, there is a difference in price (rupiah) because trere is a difference in pricing when the unit price used in selling in the FIFO method is different from that in the LIFO method. However, the number of units is the same, that is 800 units.

Dari ilustrasi di atas jelas bahwa barang dagang yang dibeli belakangan akan dijual lebih dulu. Dengan metode LIFO, ada perbedaan secara rupiah karena adanya perbedaan perhitungan harga ketika harga satuan yang digunakan dalam penjualan antara FIFO dan LIFO berbeda. Sedangkan jumlah secara unit sama besar sebesar 800 unit.




Sumber Pustaka: CV. Yrama Widya
Loading...