Loading...
Kebudayaan Megalithikum Pada Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Kebudayaan Megalithikum adalah kebudayaan yang utamanya menghasilkan bangunan-bangunan monumental yang terbuat dan batu-batu besar dan masif. Bangunan Megalithik mi dipergunakan sebagai sarana penghorma tan dan pemujaan terhadap arwah nenek moyang. Kebuda aan Megalithikum muncul pada zaman Neolithikum dan berkembang luas pada zaman logam. Penemuan bangunan megalithik tersebar hampir di seluruh Kepulauan Nusantara. Bahkan sampai sekarang pun masih ditemukan tradisi Megalithikum seperti di Pulau Nias, Sumba, Flores, dan Toraja.
Adapun hasi’l-hasil terpenting dan Kebudayaan Megalithikum adalah sebagai berikut.
- Menhir yaitu tiang atau tugu bath yang terbuat dan batu tunggal dan ditempatkan pada suatu tempat.
Fungsi Menhir adalah sebagal berikut:
- sebagai sarana pemujaan terhadap arwah nenek moyang,
- sebagai tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang telah meninggal, dan
- Sebagai tempat menampung kedatangan roh.
Menhir banyak ditemukan di Pasemah, Sumatra Selatan.
- Punden Berundak adalah bangunan pemujaan yang bertingkati ngkat (berundak-undak). Tempat pemujaan mi banyak ditemukan di daerah Cisolok, Sukabumi.
- Dolmen adalah meja bath sebagai tempat sesaji. Ada dolmen yang berkakikan menhir seperti yang ditemukan di Pasemah, Sumatra Selatan. Ada pula dolmen yang juga digunakan sebagai kubur bath, seperti yang ditemukan di Bondowoso dan di Merawan Jember, Jawa Timur.
- Kubur peti bath adalah peti jenazah yang terpendam di dalam tanah berbentuk persegi panjang dan sisi-sisinya dibuat dan lempengan-lempengan bath. Kubur peti batu banyak ditemukan di Kuningan, Jawa Barat.
- Sarkofagus atau keranda adalah peti jenazah yang terbentuk seperti palung atau lesung, tetapi mempunvai tutup. Sarkofagus banyak ditemukan di Bali dan di Sumbawa Barat.
- Waruga adalah peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan ditutup dengan batu lain yang berbentuk atap rumah. Waruga banyak ditemukan di Minahasa.
- Arca, arca-arca Megalithik banyak ditemukan di Sumatra Selatan diteliti oleh Von Heine Geldern. Arca-arca tersebut menggambarkan manusia dan binatang seperti gajah, harimau,babi rusa, dan kera.
Bangunan-bangunn Megalithikum terse but sering kali ditemukan bersama dengan alat-alat dan zaman Neolithikum dan yang paling banyak ditemukan bersama-sama alat-alat dan zaman logam. Von Heine Geldern membagi penyebaran kebudayaan Megalithik ke Indonesia menjadi 2 gelombang berikut.
- Megalithik Tua, yang menghas’ilkan menhir, punden berundak, dan arca-arca statis, menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500 -1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto-Melayu).
- Megalithik Muda, yang menghasilkan kubur peti batu, dolmen, waruga, sarcofagus dan arca-arca menyebar ke Nusantara pada zaman perunggu (1000 -100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongsong (Deutro Melayu).
Sumber Pustaka: Yudhistira
Loading...