Loading...

Gerakan Sosial Yang Muncul Pada Masa Kolonial

Loading...
Kebijakan kolonial di bidang sosial menyebabkan munculnya gerakan sosial di tengah-tengah masyarakat yang tertindas. Gerakan sosial yang muncul itu berupa protes kaum petani, gerakan ratu adil, dan gerakan keagamaan. Ruang lingkup gerakan sosial itu pada umumnya terbatas wilayah dan terjadi di tengah-tengah rakyat kecil. 

Gerakan Protes Petani 

Gerakan protes petani banyak terjadi di daerah-daerah yang tanahnya dikuasai oleh para tuan tanah. Gerakan itu pada umumnya merupakan wujud ketidak-senangan petani terhadap tindakan sewenang-wenang para tuan tanah. Tindakan sewenang-wenang itu terlihat dalam pemungutan pajak tanah dan wajib kerja. Protes petani makin keras setelah pemerintah kolonial dan penguasa pribumi selalu berpihak pada tuan tanah. Gerakan protes petani, antara lain terjadi di Ciomas, Condet, dan Tangerang. 

a. Ciomas 
Gerakan protes petani terjadi di sekitar lereng Gunung Salak. Gerakan ini terjadi karena rakyat sudah tidak tahan terhadap kese-wenang-wenangan dan penindasan yang dilakukan para tuan tanah. Gerakan itu pertama kali dipimpin oleh seorang petani Ciomas yang bernama Arpan pada tahun 1886. Mereka bahkan sempat melakukan serangan terhadap Camat Ciomas. Gerakan itu agak mereda setelah para petani mengundurkan diri ke Pasir Paok. Gerakan protes petani menghebat lagi setelah dipimpin Muhammad Idris. Gerakan itu terang-terangan menyerang para tuan tanah dan para pegawai pemerintah kolonial beserta pada kaki tangannya saat pesta sedekah bumi (20 Mei 1886). Akibat serangan tersebut, banyak tuan tanah dan pegawai pemerintah yang tewas. Pemerintah kolonial Belanda segera turun tangan dan berhasil menangani gerakan tersebut. 

b. Condet 
Keluarnya peraturan yang memberi hak para tuan tanah untuk mengadili para petani yang menunggak pajak, menjadi penyebab munculnya gerakan protes petani di tanah swasta Tanjung Oast, Condet (sekarang wilayah Jakarta Timur). Untuk membentengi badan jika mendapat hukuman (umumnya hukuman cambuk), para petani mengikuti latihan bela diri yang dipimpin Entong Gendut, Maliki, dan Modin. Perkumpulan bela diri Entong Gendut makin banyak anggotanya. Mereka kemudian menjadi berani menentang para penguasa. Entong Gendut dan kelompoknya pun berani mengacaukan suasana pesta di salah satu rumah milik tuan tanah. Dalam suatu penyergapan yang dilakukan, Entong Gendut bahkan bisa menawan seorang wedana. Akhirnya, setelah didatangkan kekuatan yang lebih besar, Entong Gendut mati tertembak dalam suatu penangkapan. 

c. Tangerang 
Penguasaan tanah petani di Pangkalan (Tangerang) secara semena-mena oleh para tuan tanah menyebabkan rakyat hidup menderita. Di tengah-tengah kehidupan petani yang melarat, muncul tokoh petani Kaiin dan Sairin yang ingin mengembalikan kejayaan Kesultanan Banten. Oleh karena itu, kedua tokoh petani itu pun berkeinginan mengembalikan tanah-tanah yang telah dikuasai para tuan tanah kepada para pemiliknya. Pada tanggal 19 Februari 1924, Kaiin dan para pengikutnya melakukan gerakan dengan menyerang para tuan tanah. Beberapa kantor pemerintahan pun tidak luput dari aksi penyerangan dan pembakaran. Kaiin dan pengikutnya akan memperluas aksinya hingga ke Jakarta. Namun, polisi Belanda berhasil menghentikan aksi mereka di daerah Tanah Tinggi. 

Gerakan Ratu Adil 

Datangnya tokoh yang membebaskan manusia dari kesengsaraan dan membawa kemakmuran melandasi lahirnya gerakan sosial ini. Tokoh itu diibaratkan sebagai Ratu Adil atau Imam Mandi. Munculnya gerakan ini disebabkan oleh keputusasaan rakyat akibat tekanan yang berat dari pemerintah kolonial Belanda. Tokoh gerakan ini oleh umatnya dianggap sebagai utusan Tuhan untuk kesejahteraan manusia. Gerakan Ratu Adil ini terjadi. antara lain di Sidoarjo dan Kediri.

a. Sidoarjo Gerakan sosial di Sidoarjo, Jawa Timur muncul pada tahun 1913. Pemimpin gerakan ini adalah Kiai Kasan Mukmin.

Ia mengaku telah menerima wahyu dari Tuhan untuk memimpin rakyat menuju kemakmuran. Untuk itu, Kiai Kasan Mukmin berusaha mendirikan kerajaan dan menobatkan dirinya sebagai raja. Belum sempat gerakan itu meluas, Belanda telah menembak mati Kiai Kasan Mukmin dalam suatu penyergapan. 

b. Kediri 
Seperti halnya gerakan yang dipimpin oleh Kiai Kasan Mukmin, tahun 1907 di Desa Bendungan, wilayah Karesiden Kediri terjadi gerakan sosial yang mengaku sebagai Ratu Adil. Tokoh yang telah merasa mendapat wahyu untuk menjadi Ratu Adil adalah Dermajaya. Belanda pun berhasil memadamkan gerakan ini dan Dermajaya terbunuh dalam suatu penyergapan. 


Gerakan Keagamaan 

Kebudayaan Barat yang masuk ke Indonesia seiring dengan kedatangan bangsa Barat ternyata bertolak belakang dengan kebudayaan pribumi (ketimuran). Kebudayaan Barat itu dianggap bertentangan dengan agama (Islam) yang dianut kaum pribumi. Oleh karena itu, muncul gerakan yang ingin memumikan kembali ajaran Islam itu. Gerakan keagamaan itu antara lain sebagai berikut. 

a. Tarekat Naqtsabandiyah dan Qadariah Gerakan keagamaan ini muncul di sekitar Banten bagian utara pada tahun 1880. Gerakan ini dapat menjadi alat pemersatu rakyat di pedalaman. 

b. Budiah Gerakan keagamaan ini muncul pada tahun 1850 an di Desa Kali Salak, Pekalongan. Gerakan ini dipimpin oleh H. Muhammad Rifangi. Untuk mencegah pengaruh gerakan ini, pemerintah kolonial mengasingkan H. Muhammad Rifancri.

Daftar Pustaka : Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Loading...