Loading...
Kerajaan Hindu tertua kedua di Indonesia berada di daerah Jawa Barat yang bernama Kerajaan Tarumanegara. Keberadaan kerajaan itu dibuktikan dengan ditemukannya tujuh buah prasasti. Dari ketujuh buah prasasti itu, Prasasti Ciaruteun paling menarik perhatian para ilmuwan. Prasasti ini ditemukan di pinggir Sungai Ciaruteun, anak Sungai Cisadane di daerah Ciampea, Bogor. Prasasti itu ditulis pada sebuah batu besar dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Hal yang menarik perhatian adalah adanya lukisan laba-laba dan tapak kaki yang dipahatkan di atas hurufnya.
Sebagian ahli berpendapat, pusat pemerintahan Si Kerajaan Tarumanegara berada di daerah Bogor, sedangkan daerah kekuasaannya meliputi Bogor dan sekitarnya, Bekasi, dan Banten. Pendapat ini didasarkan pada penemuan prasasti-prasasti Kerajaan Tarumanegara yang umumnya berada di daerah-daerah tersebut. Berbeda dengan pendapat di atas, Prof Poerbatjaraka justru berpendapat bahwa pusat Kerajaan Tarumanegara berada di Bekasi. Pendapatnya didasarkan pada Prasasti Tugu yang menyebutkan penggalian Sungai Candrabhaga di Tarumanegara. Poerbatjaraka berpendapat, menurut susunan kata, Candrabhaga seharusnya bhaga — candra. Candra = sasih, sehingga bhagacandra bisa berubah menjadi bhagasasih. Kata bhagasasih lambat laun berubah bunyinya menjadi bhagasi kemudian Bekasi.
Seorang bhiksu Cina bernama Fa-hien pernah mengunjungi Tarumanegara yang disebut To-lo-mo. Menurut Fa-hien hanya sedikit anggota masyarakatnya yang beragama Buddha, sebagian beragama Brahma (Hindu) dan lebih banyak yang masih beragama buruk. Agama buruk yang dimaksud Fa-hien adalah mereka yang masih melakukan ritual pemujaan arwah leluhur.
Masyarakat Tarumanegara umumnya hidup dari pertanian, tetapi ada pula yang hidup dari perdagangan. Perdagangan tidak hanya berlangsung antara anggota masyarakat, tetapi juga dengan dunia luar terutama dengan India dan Cina. Menurut berita dari Dinasti Sun tahun 528 dan 535 ada utusan dari Tarumanegara (To-lo-mo). Kemudian menurut Dinasti Tang Muda ada lagi utusan pada tahun 666 dan tahun 669. Dari berita Cina pula dapat dipastikan Kerajaan Tarumanegara masih berdiri pada abad ke-7 Masehi. Namun, setelah abad ke-7 Kerajaan Tarumanegara tidak terdengar lagi. Kemungkinan pusat pemerintahannya dipindahkan ke daerah pedalaman sehubungan dengan mulai berkembangnya Sriwijaya yang dianggap sebagai ancaman.
Daftar Pustaka : YUDHISTIRA
Loading...