Loading...
Langkah para pelajar STOVIA mendirikan Budi Utomo pada tahun 1908 mempengaruhi pelajar-pelajar lain. Mereka mendirikan berbagai organisasi seperti Sekar Rukun, Tri Koro Dharmo, Jong Sumatranen Bond, Jong Batak Bond, Jong Minahasa, dan Kaum Betawi.
Organisasi tersebut bersifat etnik dan kedaerahan. Selain itu berdiri pula organisasi pemuda vang bersifat keagamaan, antara lain Jong Islamieten Bond, Perkumpulan Pemuda Katolik, Muhammadiyah, Nandlatul Ulama, dan lain sebagainya. Berbagai organisasi itu kemudian berusaha bergabung menjadi satu organisasi.
Berdirinya organisasi-organisasi pemuda yang bersifat etnik dan kedaerahan itu memperlihatkan adanya kesadaran untuk bersatu walaupun terbatas pada daerah masing-masing. Lama kelamaan, rasa kedaerahan mulai memudar dan digantikan oleh keinginan untuk membentuk persatuan yang bersifat nasional.
Hal itu terjadi berkat adanya kontak-kontak pribadi antarpemuda yang berasal dari daerah yang berlainan tetapi belajar di lembaga pendidikan yang sama atau tinggal di pemondokan yang sama. Dari kontak-kontak pribadi itu timbullah saling pengertian. Pemuda dari daerah yang satu mulai memahami aspirasi pemuda dari daerah yang lain.
Pada tanggal 25 November 1925, wakil-wakil dari Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, dan Sekar Rukun mengadakan rapat di Jakarta. Mereka membentuk sebuah panitia yang bertugas menyiapkan kerapatan besar pemuda. Panitia ini dikettiai oleh M. Thabrani dari Jong Java. Anggota panitia adalah wakil-wakil dari berbagai organisasi.
Kerapatan besar pemuda yang kemudian dikenal sebagai Kongres Pemuda I dilaksanakan pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 di Jakarta dan dihadiri oleh wakil-wakil berbagai organisasi pemuda. Kongres tersebut bertujuan untuk membentuk sebuah badan sentral dalam rangka memajukan paham persatuan dan kebangsaan serta mengutamakan hubungan di antara organisasi-organisasi pemuda kebangsaan.
Kongres berakhir, tetapi sasaran utama kongres, yakni membentuk badan sentral organisasi pemuda tidak tercapai. Badan sentral tidak terbentuk, karena terjadi perbedaan pendapat mengenai bentuk badan sentral tersebut. Sebagian besar peserta kongres menghendaki bentuk fusi, sebagian lagi menghendaki bentuk federasi. Walaupun demikian, usaha untuk membentuk wadah persatuan tetap dilanjutkan setelah kongres berakhir.
Kongres Pemuda I menghasilkan keputusan-keputusan sebagai berikut: Menyiapkan Kongres Pemuda Indonesia II dan Menyerukan persatuan berbagai organisasi pemuda dalam satu organisasi pemuda Indonesia.
Dalam kongres tersebut Mohammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa persatuan Indonesia. Pada bulan September 1926, para pemuda mendirikan organisasi bernama Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) di Jakarta.
PPPI bertujuan memperjuangkan Indonesia merdeka. Untuk itu, para anggota disiapkan menjadi pemimpin rakyat sejati. Cita-cita itu akan tercapai apabila segala bentuk sifat kedaerahan dihapuskan. Tokoh PPPI antara lain Abdulloh Sigit, Sugondo, Suwiryo, Sumitro Reksosudiputro, Mohammad Yamin, A.K. Gani, Mohammad Tanzil, Sunarto, Sumanan, dan Amir Syarifuddin.
Memasuki tahun 1928, alam politik Indonesia digelorakan oleh semangat persatuan,kebangsaan, keyakinan berdiri sendiri, dan cita-cita Indonesia merdeka. Dalam suasana seperti itulah Kongres Pemuda II dipersiapkan dan akhirnya diselenggarakan. Dalam rapat tanggal 12 Agustus 1928 dibentuk panitia penyelenggara yang diketuai oleh Sugondo Joyopuspito.
Kongres Pemuda II berlangsung pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Selain wakil-wakil organisasi pemuda, kongres dihadiri pula oleh tokoh-tokoh politik, anggota Volksraad, dan tokoh pendidik. Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda mengirimkan sambutan tertulis. Begitu pula Ketua PNI, Ir. Soekarno, dan Tan Malaka yang sedang berada di luar negeri.
Susunan Pantia Penyelenggara Kongres Pemuda II Oktober 1928
- Ketua :Sugondo Joyopuspito (PPPI)
- Wakil Ketua :Joko Marsaid ijong Java)
- Sekretaris :Muhammad Yamin Gong Sumatranen Bond)
- Bendahara :Amir Svarifuddin (Jong Batak Bond)
- Pembantu I: Johan Muh. Cai (Jong Islamieten Bond)
- Pembantu II :Kocosungkono (Pemuda Indonesia)
- Pembantu III :Senduk Qong Celebes)
- Pembantu IV :J. Leimena Gong Ambon)
- Pembantu V:Rohvani (Pemuda Kaum Betawi)
Selain topik mengenai persatuan, dalam sidang-sidang dibahas pula masalah pendidikan dan kepanduan. Tokoh Taman Siswa Sarmidi Mangunsarkoro, mengemukakan bahwa anak didik perlu diberi pendidikan kebangsaan. Sedangkan Mohammad Yamin .membahas masalah persatuan bangsa yang ditinjau dari sudut sejarah.
Dia memperlihatkan kesamaan-kesamaan dalam bahasa, kemauan, nasib, dan factor yang mempersatukan bangsa Indonesia, yakni sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan. Pada akhir pidatonya,Mohammad Yamin mengatakan bahwa kebangsaan Indonesia beralas persatuan sedangkan persatuan bersendi pada kemauan. Selama kemauan itu masih ada dalam dada anak Indonesia, selama itu pula ada persatuan di antara mereka. Kongres Pemuda II menghasilkan suatu ikrar vang disebut Sumpah Pemuda.
Suasana persatuan Indonesia dalam kongres itu semakin kuat dengan diperdengarkannya lagu Indonesia Raya oleh Wage Rudolf Supratman dan ditetapkannya bendera Merah Putih sebagai bendera nasional.
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan salah satu puncak pergerakan nasional. Untuk mengenang peristiwa itu, setiap tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Daftar Pustaka: Erlangga
Loading...