Loading...
Masyarakat Indonesia Sebelum Politik Etis - Masyarakat Indonesia ketika itu terdiri atas beberapa golongan berdasar-kan status sosialnya, yaitu kalangan bawah, kalangan menengah, dan kalangan atas. Kalangan bawah adalah rakyat jelata, meliputi buruh tani, buruh perkebunan, tukang-tukang, dan pekerja rendahan lainnya.
Kalangan menengah meliputi para pedagang, petani kaya (yang memiliki tanah), dan pegawai pemerintah kolonial. Kalangan atas meliputi pemuka agama dan bangsawan (kerabat raja) yang memerintah daerah tersebut. Sebagai kalangan atas, mereka berpengaruh (berwibawa) di tengah masyarakat.
Maysarakat Indonesia Sebelum Politik Etis
Perbedaannya, pengaruh pemuka agama berdasarkan kemampuan dan pengetahuannya, sedangkan pengaruh kalangan bangsawan lebih berdasarkan keturunan. Susunan masyarakat seperti itu berkembang subur dalam masyarakat yang menganut sistem feodal. Dalam sistem seperti itu, kalangan menengah dan terutama kalangan atas cenderung berkompromi dengan pemerintah kolonial.
Tindakan itu mereka lakukan untuk mempertahankan kedudukan mereka. Sebaliknya, pemerintah kolonial pun memperoleh keuntungan dari tindakan kompromi mereka. Pemerintah dapat memanfaatkan mereka sebagai perantara dalam menarik penyerahan wajib dan mengatur wajib kerja.
Masyarakat Indonesia Setelah Politik Etis
Kondisi masyarakat Indonesia setelah Politik Etis dijalankan ditandai oleh lahirnya kalangan terpelajar. Sebagian besar orang yang masuk dalam kalangan ini berasal dari kalangan menengah dan atas. Kalangan terpelajar dari kalangan bawah amat kecil kemungkinannya, mengingat jenjang pendidikan yang mereka tempuh amat terbatas.
Lahirnya kalangan terpelajar di tengah masyarakat Indonesia memiliki sisi positif dan negatif sebagai berikut. Sisi Positif: Pelopor perlawanan politik dan nasionalisme Indonesia Kalangan terpelajar menjadi pelopor perjuangan dengan cara baru untuk melawan kolonialisme Belanda.
Sebelumnya perlawanan cenderung dilakukan secara fisik. Berbagai perlawanan sering mengalami kegagalan. Menyadari pengalaman masa lalu, kalangan terpelajar mengambil contoh dari gerakan-gerakan melawan penjajah vang rruccul ch luar negeri. Terutamaperlawanan-perlawanan di Asia. Cara baru vang ditempuh oleh kalangan terpelajar adalah cara politik.
Untuk itu, mereka membentuk organisasi vang teratur, vaitu rartai politik. Kemudian, mereka melancarkan kapmpanye poelitik untuk menyerang pemerintah kolonial dan menarik dukungan raikyat. Cara baru itu terbukti ampuh mengguncang kedudukan pemerintah kolonial.
Kalangan terpelajar meniwadi pelopor nasionalisme Indonesia. Mereka mempunyai wawasan pengetahuan vang luase Oleh karena itu mereka menvadari penting,nya persatuan sebagai kekuatan melawan kolonialisme Belanda. Sebelumnva perlawanan cenderung bersifat kedaerahan sehingga mudah diadu domba Belanda. Menvaclari pengalaman masa lalu, kalangan pelajar membentuk organisasi politik.
Organisasi ini terbuka bag-i siapasa vang berani meninggalkan kepentingan daerah ciemi kepentingan nasional. organisasi politik, kalangan terpelajar mengkampanyekan pentingnya kesadaran sebagai satu bangsa, bangsa Indonesia.
Sisi Negatif: Bagian dari feodalisme Indonesia
Di tengah kehadiran kalangan terpelajar yang digelorakan oleh semangat nasionalismedan anti kolonialisme Belanda, terdapatpula kalangan terpelajar angan pelajar ini semata-mata hendak mengambil keuntungan untuk diri sendiri dari kesempatan yang ada tanpa berpegang pada prinsip-prinsip tertentu.
Mereka ini bukan belajar untuk menambah wawasan pengetahuan dan mengembangkan kepribadian, melainkan untuk meningkatkan status sosial. Mereka menjadi terpelajar hanya untuk terpandang di mata masyarakat.
Tidak bisa dimungkiri, adanya kalangan terpelajar seperti itu disebabkan oleh kuatnya sistem feodal di Indonesia. Salah satu warisan feodal adalah pentingnya keturunan dan pangkat atau jabatan bagi kedudukan terhormat dalam masyarakat.
Kepentingan seperti itulah yang dikejar kalangan pelajar oportunis. Dengan kepribadian seperti itu, keterlibatan kalangan terpelajar oportunis dalam perjuangan anti kolonialisme tidak bisa diharapkan. Mereka bahkan lebih tertarik bekerja bagi pemerintah kolonial.
Daftar Pustaka: Erlangga
Loading...