Loading...
Contoh Tindakan Dalam Upaya Membela Negara
Berikut ini adalah contoh upaya dalam membela negara pada pertempuran lima hari di Semarang dan pertemuran di surabaya.
Pertempuran Lima Hari Di Semarang
Peristiwa itu di mulai pada tanggal 14 Oktober 1945, ketika kurang lebih 400 orang veteran Angkatan Laut Jepang yang pernah bertempur di solomon (di Laut Pasifik, di sebelah timur Pulau Papua) akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring (kurang Iebih 30 km di sehelah barat Semarang) menjadi pabrik senjata. Pada waktu akan dipindahkan ke Sernarang para veteran AL Jepang itu memberontak dan menyerang polisi Indonesia yang mengawal mereka.
Orang-orang Jepang tersebut melarikan din dan bergabung dengan Kidobutai di Jatingaleh (batalyon setempat Jepang di bawah pimpinan Mayor Kido). Mereka selanjutnya bergerak melakukan perlawanan dengan alasan mencari dan menyelamatkan orang-orang Jepang yang tertawan.
Situasi bertambah mencekam dengan rneluasnya desas-desus yang menggelisahkan masyarakat bahwa cadangan air minum di Candi telah diracuni. Pihak Jepang yang disangka melakukan peracunan lebih mernpeuncing keadaan dengan melucuti delapan orang polisi Indonesia yang men jaga tempat tersebut dengan alas an untuk menghindarkan peracunan cadangan air ininum itu.
Dr. Karjadi, Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara) di Sernarang menjadi salah seorang korban pada awal Pertempuran Lima Hari. Pertempuran mulai pecah dini hari pada tanggal 15 Oktober 1945. Lebih kurang 2.000 pasukan Kidobutai dibantu oleh batalyon lain yang kebetulan sedang singgah di Semarang yang hersenjata lengkap dihadapi oleh TKR dan pemuda-pemuda. Pertempuran meininta banyak korban di Simpang Lima (Tugu Muda). Pertempuran berlangsung lima han dan baru berhenti setelah pimpinan TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang. Usaha perdamaian tersebut tercapai setelah pasukan Sekutu (Inggris) mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Pasukan Sekutu tersebut inenawan dan melucuti senjata tentara Jepang. Diperkirakan 2.000 rakyat Indonesia dan 100 orang Jepang tewas dalam pertempuran tersebut.
Pertempuran Surabaya
Pertempuran di Surabaya merupakan satu rangkaian peristiwa yang dimulai pada hari kedua sejak Brigade 49/Divisi ke-23 tentara Sekutu (AFNEI) di bawah komando Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat untuk pertama kali di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945.
Pemerintah dan rakyat Indonesia semula menyambut kedatangan tentara Sekutu tersebut dengan tangan terbuka. Akan tetapi, pihak Sekutu mengabaikan uluran tangan tersebut. Pada tanggal 27 Oktober 1945 mereka menyerbu penjara Republik Indonesia untuk membebaskan perwira-perwira Sekutu dan pegawai RAPWI (Relief of Allied Prisoners of War and Internees) yang ditawan pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 28 Oktober, pos-pos Sekutu di seluruh kota Surabaya diserang oleh rakyat Indonesia. Hanya dalam waktu sehari, pos-pos Sekutu dapat dikuasai sehingga Brigade Mallaby nyaris tewas seandainya peinimpin-peinimpin Indonesia tidak segera memerintahkan penghentian tembak-menembak.
Sebaliknya, penghentian tembak-menembak itu tidak dihormati oleh pihak Sekutu. Dalam salah satu insiden yang belum pernah terungkap secara jelas, Brigadir Jenderal Mallaby ditemukan tewas. Sesuai dengan perjanjian yang telah melahirkan Contact Cominittee (Panitia Penghubung) yang dibentuk oleh tentara Sekutu dan pemerintah Republik Indonesia, pimpinan tentara Sekutu di Surabaya harus berunding dahulu dengan pemerintah Indonesia sebelum men geluarkan ultimatum yang sangat menusuk perasaan rakyat Indonesia pada tanggal 9 November 1945.
Ultimatum tersebut berisi bahwa semua pimpinan dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat-tempat yang teiah ditentukan, kemudian menyerahkan din dengan mengangkat tangan di atas. Batas waktu ultimatum tersebut adalah jam 6.00 tanggal 10 November 1945. Ultimatum itu tidak dihiraukan rakyat Surabaya sehingga terjadi pertempuran di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Sekutu mengerahkan lebih dan satu divisi infanteri, yaitu Divisi India ke-5 beserta sisa pasukan Brigade Mallaby. Jumlah mereka seluruhnya 10 sampai dengan 15 ribu orang. Pasukan darat itu dibantu oleh meriam-meriam kapal penjelajah Sussex dan beberapa kapal perusak serta pesawat-pesawat Mosquito dan Thunderbolt Angkatan Udara Inggris (RAF). Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu, gugur beribur ibu pejuang.
Untuk memperingati kepahiawanan rakyat Surabaya yang mencerininkan tekad perjuangan seluruh bangsa Indonesia, pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Han Pahiawan.
Sumber Pustaka: Tiga Serangkai
Loading...