Loading...
Rengasdengklok Pada Peristiwa Penting Sekitar Proklamasi
Peristiwa kehancuran pertahanan dan kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik sejak akhir tahun 1944 sampai Agustus 1945 tidak banyak diketahui oleh bangsa Indonesia. Hal ini disebabkan:
- Jalur komunikasi lewat radio dengan luar negeri diputuskan, atau dilarang keras oleh Jepang.
- Pihak dinas propaganda Jepang selalu mengetengahkan berita dan peristiwa kemenangan perang Jepang.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu tanpa syarat. Semula berita itu dirahasiakan oleh tentara Jepang di Indonesia, namun para tokoh pemuda mengetahui peristiwa penyerahan itu melalui berita BBC di Bandung. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jr. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke tanah air setelah memenuhi panggilan Panglima Mandala Asia Tenggara Marsekal Terauchi di Saigon, Vietnam.
Pemuda-pemuda yang tergabung dalam Angkatan Baru Indonesia setelah mendengar kekalahan Jepang segera mengadakan pertemuan-pertemuan. Pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 8.00 malam, mereka berkumpul di ruang belakang Laboratorium Bakteriologi Jalan Pegangsaan Timur 13, Jakarta di bawah pimpinan Chaerül Saleh. Akhirnya diputuskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri dan tidak tergantung dan bangsa atau negara lain.
Bung Karno dengan segala macam bukti dan logika menolak pandangan golongan muda. Golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan melalui revolusi secara terorganisir karena pthaknya ingin membicarakan plaksanaan prokiamasi Indonesia yang ditentukan tanggal 18 Agustus 1945 dalam rapat PPKI. Sebaliknya, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Subardjo berpendapat soal kemerdekaan Indonesia datangnya dan pemerintah Jepang atau dan hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri, tidak perlu dipersoalkan, karena Jepang sudah kalah dan yang perlu dihadapi adalah Sekutu yang berusaha mengembalikan kekuatan Belanda ke Indonesia. Pendapat itu tidak ditanggapi oleh golongan muda. Mereka tetap pada prinsip semula, sel-ungga teijadilah perbedaan paham antara golongan tua dan golongan muda. Kejadian itu mendorong golongan pemuda untuk membawa Jr. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta keluar kota dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dan pengaruh Jepang, dan dibawa oleh sekelompok pemuda menuju Rengasdengklok (sebuah kota kewedanaan di sebelah timur Jakarta).
Rerigasdengklok dipilih untuk mengamankan Soekarno-Hatta karena menurut perhitungan militer, jauh dan jalan raya Jakarta - Cirebon sehingga dapat dengan mudah mengawasi gerak-gerik tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok. Soekarno-Hatta berada sehari penuh di Rengasdengklok. Usaha para pemuda untuk menekan mereka berdua supaya segera melaksanakan prokiamasi kemerdekaan tanpa campur tangan Jepang rupanya tidak terlaksana Tampaknya kedua pemimpin mi mempunyai wibawa yang cukup besar sehingga para pemuda merasa segan untuk melaksanakan penekamian Namun dalam pembicaraan Shodanco Smggth dengan Soekarno ternyata behau bersedia untuk memprokiamasikan kemerdekaan Indonesia dengan segera sesudah kembali ke Jakarta Berdasarkan pernyataan itu Singgih pada tengah han kembali ke Jakarta untuk menyampaikan rencana prokiamasi kepada kawan-kawannya dan para pemimprn pemuda yang ada di Jakarta.
Sementara itu di Jakarta antara Ahmad Subardjo (golongan tua) dan Wikana (golongan pemuda) tercapal kata sepakat bahwa prokiamasi kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta Laksamana Tadashi Maeda juga telah bersedia menjaga keselamatan mereka selama berada di rumahnya Berdasarkan kesepakatan itu Jusuf Kunto dan golongan pemuda mengantar Ahmad Subardjo bersama sekretaris pribadinya pergi menjemput Soekarno-Hatta Rombongan tiba di Jakarta pukul 18 00 waktu zaman Jepang (1730 WIB) Sebelumnya di Rengasdengklok Ahmad Subardjo member jaminan dengan taruhan nyawa bahwa prokiamsi kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 keesokan harmnya selambat lambatnya pukul 1200 WIB Dengan jammnan mtulah Komandan Kompm PETA setempat Cudanco Subeno bersedia melepas Jr. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta.
Sumber Pustaka: Erlangga
Loading...