Loading...
Latar Belakang
• Rakyat dibelit oleh berbagai bentuk pajak dan pungutan yang menjadi beban turun-temurun.
• Ketidakberdayaan pihak Keraton Yogyakarta terhadap campur tangan politik dari pemerintah kolonial. Secara semena-mena pemerintah mengganti Hamengkubuwono II dengan Hamengkubuwono III.
• Kecenderungan hidup mewah kalangan keraton, seolah tidak mempedulikan penderitaan rakyat. Tersingkirnya Pangeran Diponegoro dari elit kekuasaan karena menolak kompromi dengan pemerintah kolonial. Pangeran Diponegoro memilih mengasingkan diri ke Tegalrejo untuk memusatkan perhatian pada kehidupan beragama.
• Pemerintah kolonial melakukan provokasi dalam proyek pembuatan jalan yang menerobos tanah Pangeran Diponegoro dan membongkar makam keramat. Sebagai protes, patok-patok jalan diganti dengan tombak. Pada tanggal 10 Juli 1825, terdengar dentuman meriam Belanda di Tegalrejo. Peristiwa itu mengawali Perang Diponegoro.
Tokoh Perlawanan
• Pangeran Diponegoro.
• Kyai Maja.
• Sentot Ali Basyah Prawirodirjo.
• Pangeran Mangkubumi
Proses Perlawanan
• Pusat kedudukan Diponegoro berawal di Selarong. Secara serentak, pasukannya menyerang kedudukan Belanda di berbagai kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kemenangan demi kemenangan dapat diraih. Kemenangan itu turut ditentukan oleh dukungan fanatik rakyat terhadap perlawanan Diponegoro.
• Untuk mengatasi perlawanan Diponegoro, Gubernur Jenderal van der Capellen menugaskan Letjen H.M. de Kock. Ia menjalankan strategi Benteng-stelsel. Benteng didirikan di tiap tempat yang telah dikuasai. Antarbenteng dihubungkan dengan jalan untuk memudahkan komunikasi dan gerak pasukan.
• Diponegoro berangsur-angsur terdesak setelah Kyai Maja menyerah pada tahun 1827, disusul Sentot Ali Basyah setahun kemudian.
• Pada tanggal 28 Maret 1828, Diponegoro bersedia berunding di kediaman residen Kedu, di Magelang. Setelah perundingan tidak menghasilkan kesepakatan, Diponegoro ditawan, kemudian diasingkan. Peristiwa itu menandai berakhirnya Perang Diponegoro.
Daftar Pustaka : Erlangga
Loading...