Loading...
Organisasi-organisasi yang Lahir pada Masa Pergerakan Nasional terbilang cukup banyak dan menjadi salah satu point penting dalam menyadarkan akan pentingnya kesadaran nasional menuju kemerdekaan Republik Indonesia.
Organisasi Politik pada Masa Pergerakan Nasional
A. Boedi Oetomo (80)
Ide untuk mendirikan organisasi ini berasal dari dr. Wahidin Soedirohusodo. Pada tahun 1906 ia mendirikan Yayasan Beasiswa (Studie Fonds) untuk mencarikan dana bagi pemuda yang berprestasi tapi kurang mampu, agar dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.
Untuk mencapai tujuannya, pada tahun 1906 dan 1907 dr. Wahidin Soedirohusodo mengadakan perjalanan keliling pulau Jawa guna mengumpulkan dana. Ide dr. Wahidin Soedirohusodo mendapat tanggapan baik dari teman-temannya, para mahasiswa STOVIA (Sekolah Dokter Jawa).
Da1am pertemuan di ruang kelas STOVIA tanggal 20 Mei 1908 diputuskan untuk mendirikan organisasi yang diberi nama Boedi Oetomo, dan sebagai ketua dipilih dr. Soetomo. Melihat tujuan dan keanggotaannya yang hanya berasal dari Jawa dan Madura, maka pada awal berdirinya, Boedi Oetomo merupakan organisasi sosial yang bersifat kedaerahan.
Dalam perkembangannya Boedi Oetomo mulai menampakkan sifat politiknya. Misalnya saja pada tahun 1916, Boedi Oetomo memperjuangkan diadakannya milisi bagi pemuda-pemuda Indonesia, pada tahun 1927 menjadi anggota Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Dalam kongresnya di Jakarta pada tahun 1931 diputuskan bahwa Boedi Oetomo merupakan organisasi yang bersifat terbuka bagi seluruh bangsa Indonesia. Sementara itu, pada kongres 1932 di Solo, diputuskan secara tegas bahwa tujuan Boedi Oetomo adalah Indonesia merdeka.
B. Sarekat Islam (SI)
Semula organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) karena beranggotakan pedagang-pedagang Islam. SDI didirikan di Solo pada tahun 1911 oleh Haji Samanhudi. Tujuan Sarekat Dagang Islam adalah agar para pedagang Islam lebih kuat dalam persaingan menghadapi pedagang-pedagang Cina.
Dengan demikian, pada awalnya perkumpulan ini didirikan berdasarkan pertimbangan ekonomi. Karena anggotanya bukan hanya pedagang Islam, tetapi juga orang-orang Islam yang bukan pedagang, maka atas usul Haji Oemar Said Cokroaminoto pada tanggal 10 September 1912 namanya diubah menjadi Sarekat Islam.
Perubahan nama ini disambut gembira oleh kaum muslimin sehingga anggotanya bertambah dengan cepat. Tujuannya juga berubah, tidak hanya melawan orang-orang Cina tetapi melawan semua bentuk penghinaan terhadap rakyat bumiputra. Menurut anggaran dasarnya, tujuan Sarekat Islam adalah:
- Mengembangkan jiwa dagang,
- Memberi bantuan kepada orang yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha,
- Memajukan pengaj aran dan semua usaha yang mempercepat naiknya derajat penduduk bumiputra, dan
- Mmemperbaiki pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam.
Masuknya pengaruh marxisme-komunisme ke Indonesia berpengaruh terhadap perkembangan Sarekat Islam. SI kemudian pecah menjadi dua, yaitu SI Putih (Islam) di bawah pimpinan Cokroaminoto dan SI Merah (komunis) di bawah pimpinan Semaun dan Darsono. SI kemudian berubah menjadi PSI (Partai Sarekat Islam) sementara anggota-anggota SI Merah masuk menjadi anggota PKI (Partai Komunis Indonesia).
C. Indische Partij (IP)
Indische Partij merupakan organisasi politik pertama di Indonesia. Pendirinya Tiga Serangkai: E.EE Douwes Dekker (Danudirjo Setyabuddhi), dr. Cipto Mangunkusumo, dan R.M. Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara).
Sebagai orang Indo yang menetap di Hindia Belanda, Douwes Dekker merasa mempunyai kewajiban untuk berjuang bersama-sama kaum terpelajar bumiputra. Dia mengikuti jejak kakeknya Eduard Douwes Dekker (Multatuli), yang membela rakyat Indonesia dari penindasan Belanda.
Dalam pertemuan di Bandung yang berlangsung pada tanggal 25 Desember 1912, disusunlah Anggaran Dasar dan program kerja IP. Selain itu, disusun pula kepengurusan dengan ketua E EE Douwes Dekker dan wakil ketua dr. Cipto Mangunkusumo.
Organisasi ini berdasar pada asas kebangsaan (nasionalisme). Tujuannya antara lain mempersatukan seluruh bangsa dan mencapai Indonesia merdeka. Oleh karena itulah IP dapat disebut sebagai organisasi yang bersifat politik. Semboyannya Indie untuk Indiers, yang berarti Indonesia untuk bangsa Indonesia.
Menurut Suhartono, keistimewaan IP adalah usianya yang pendek tetapi anggaran dasarnya dijadikan program politik pertama di Indonesia. Para pemimpin IP terdiri dari orang-orang yang agresif dan berani menentang pemerintah kolonial Belanda.
Menjelang peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari penjajahan Prancis, salah seorang pemimpin IP, Suwardi Suryaningrat menulis artikel dalam majalah De Express yang berjudul: Als Ik een Nederlander was (Seandainya Saya Seorang Belanda).
Isi artikel tersebut merupakan sindiran terhadap ketidakadilan pemerintah kolonial Belanda. Artikel Suwardi Suryaningrat mendapat dukungan dari Cipto Mangunkusumo maupun Douwes Dekker. Karena keberaniannya menentang Belanda, ketiganya diadili dan dijatuhi pidana buang. Cipto Mangunkusumo ke Banda, Suwardi Suryaningrat ke Bangka, dan Douwes Dekker ke Kupang. Tetapi ketiga orang tersebut memilih dibuang ke negeri Belanda dan di sana menjadi anggota Perhimpunan Indonesia. Karena pengaruh mereka, Perhimpunan Indonesia berubah menjadi organisasi politik.
Daftar Pustaka: Yudhistira
Loading...