Loading...
Mendengarkan Siaran Nonberita dari Radio
Ada bermacam-macam program siaran radio, seperti berita, nonberita, iklan, dan sebagalnya. Berita merupakan cerita, informasi, atau keterangan resmi mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat dan menarik perhatian orang. Siaran nonberita tidak mengacu pada pengertian berita sebagaimana telah dirumuskan di atas. Siaran nonberita dapat berupa pembahasan atau analisis suatu masalah, seperti yang dinyatakan dalam bentuk artikel dalam media massa cetak (surat kabar, majalah). Siaran nonberita juga dapat dilakukan melalui radio.
Memperkenalkan Diri Sendiri dan Orang Lain di dalam Forum Resmi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering terlibat dalam kegiatan atau forum resmi. Dalam acara publik semacam ini tidak tertutup kemungkinan kita diminta tampil untuk menjadi pembawa acara, pembicara, atau sekadar tampil memperkenalkan diri, baik diri sendiri maupun orang lain. Dalam memperkenalkan diri sendiri atau orang lain, hal-hal yang harus diperkenalkan antara lain:
1. Identitas diri: nama (Jengkap dan panggilan), tempat dan tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan, agama, status, asal, dan alamat domisili.
2. Kedudukan atau peran (Anda atau orang lain) dalam acara tersebut.
Simaklah contoh memperkenalkan diri di bawah ini! Setelah itu, tampillah berpasangan di depan kelas! Perkenalkanlah diri Anda dan teman yang menjadi pasangan Anda!
jika Anda sebagai moderator, Anda tentu harus memperkenalkan si pembicara terlebih dahulu, sebelum dia menyampaikan uraiannya. Data-data tentang si pembicara dapat Anda tanyakan langsung kepada dia. Biasanya, moderator sudah memperoleh biodata singkat dari si pembicara atau panitia, sebelum acara dimulai. Biodata atau data-data singkat itulah yang dijadikan dasar bagi moderator memperkenalkan si pembicara.
Membaca Cepat Teks Bacaan Nonsastra
Membaca cepat adalah jenis membaca yang dalam waktu singkat kita dapat membaca secara lancar dan dapat memahami isi bacaan secara tepat dan cermat. Biasanya, membaca cepat dilakukan tanpa suara, seperti membaca dalam hati. Untuk membaca cepat, Anda harus meninggalkan kebiasaan mengulang-ulang kalimat yang Anda baca. Teruslah baca tanpa berhenti! Boleh sedikit lambat pada kata-kata atau kalimat yang sukar dimengerti. Sementara itu, tangkaplah dalam ingatan Anda, pokok-pokok pikiran dari setiap paragraf yang Anda baca.
Berapa kecepatan membaca Anda? Tiap orang mempunyai kemampuan dan kecepatan membaca yang berbeda. Anda bisa menjawab sendiri per-tanyaan tersebut. Untuk mengukur kecepatan membaca (kpm), gunakanlah cara ini: Misalnya: Anda membaca 1.300 kata dalam 4 menit 20 detik atau total 260 detik. Kecepatan membaca Anda adalah: x 60 = 300 kpm. 1.300 260
Membedakan Ragam Bahasa Lisan, Tulis, Baku, dan Tidak Baku
Ragam tulis adalah ragam bahasa yang dipergunakan melalui media tulis yang tidak terikat ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai kepada sasaran secara visual. Ciri pokok ragam tulis adalah taat pada kaidah-kaidah penulisan bahasa. Dalam hal bahasa Indonesia, ragam tulis taat pada kaidah-kaidah penulisan bahasa Indonesia sebagai-mana tertuang dalam Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disernpurnakan (EYD), yang meliputi pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata,' penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, yang terikat oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Ragam lisan tidak terikat oleh ejaan bahasa Indonesia, tetapi terikat oleh konteks dan situasi pembicaraan. Di luar konteks, ragam lisan barangkali tidak dapat dipahami secara tepat. Simak-lah contoh percakapan interogatif di bawah ini!
Ragam baku atau ragam resmi adalah ragam bahasa yang dipakai galam suasana resmi (misalnya, dalam surat-menyurat dinas, sidang pengadilan, lan bahasa perundang-undangan). Ragam ini lazim disebut dengan ragam )aku, yaitu ragam bahasa yang dipandang sebagai ragam yang baik :berprestise tinggi), biasa dipakai di kalangan terdidik dalam karya ilmiah, ialam suasana resmi, atau dalam surat-surat resmi.
Ragam baku atau resmi dapat digunakan secara lisan ataupun tulisan. Keberadaannya terikat oleh lima hal pokok yang harus d.ipatuhi: sistem fonologis (pelafalan), sistem morfologis (penulisan dan pembentukan kata), sistem sintaksis (struktur kebahasaan), kosakata, dan semantik. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan kriteria sistem tersebut dikenal sebagai ragam tidak resmi atau tidak baku.
Menulis Paragraf Naratif
Paragraf merupakan (1) bagian suatu karangan yang mengandung satu ide pokok dan penulisan dimulai dengan baris baru; (2) bagian wacana yang mengungkapkan satu pikiran yang lengkap atau satu terna yang dalam ragam tulis ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih. Dari kedua pengertian tersebut terlihat bahwa paragraf merupakan rangkaian beberapa kalimat yang menyarankan satu ide pokok atau gagasan utama. Berdasarkan fungsinya dalam wacana, paragraf dibedakan menjadi tiga:
1. Paragraf pembuka, yaitu paragraf yang membuka atau mengantarkan pokok pikiran kepada pembaca. Paragraf ini hendaknya menarik per-hatian dan minat pembaca.
2. Paragraf isi atau paragraf penghubung, yaitu paragraf yang terletak di antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Bagian ini berisi pem-bahasan inti atau pokok persoalan yang akan dikemukakan penulis.
3. Paragraf penutup, yaitu paragraf yang berfungsi untuk menutup atau mengakhiri karangan. Biasanya, paragraf ini berisi kesimpulan dari uraian dalam paragraf.
1. Mengenai Karakteristik Paragraf Narasi
Narasi merupakan bentuk karangan yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada pembaca. Karangan narasi dapat dibedakan menjadi narasi fiksi (cerita pendek, novel, roman) dan narasi nonfiksi (berita, karya tulis, makalah, laporan ilmiah, ulasan atau penelitian tentang ilmu pengetahuan).
Dari batasan pengertian di atas, ciri atau karakteristik paragraf narasi dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. Narasi berisi kisah atau cerita tentang peristiwa atau kejadian.
2. Narasi bisa bersifat fiktif ataupun nonfiktif.
3. Narasi bertujuan untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada pembaca.
2. Pola Pengembangan Paragraf Naratif
Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan paragraph naratif.
Mendengarkan Pembacaan Puisi Balada
Mendengarkan pembacaan puisi memang menyenangkan, apalagi jika dibacakan dengan penuh penghayatan. Ketika mendengarkan pembacaan puisi, Anda harus paham benar kata-kata yang Anda dengar. Dengan demikian, Anda dapat menikmatinya. Untuk itu laksanakanlah pelatihan di bawah ini!
Membahas Cerita Pendek Melalui Kegiatan Diskusi
Cerita pendek (cerpen) adalah bentuk kisahan prosa yang menceritakan perilaku sesaat kehidupan sang tokoh ketika menghadapi suatu peristiwa atau kejadian pada suatu ketika. Karena sifatnya yang pendek, maka tokoh cerita menjadi fokus penceritaan. Namun demikian, berdasarkan intensitas penceritaannya, kita dapat menemukan cerita pendek yang pendek (short short-story) dan cerita pendek yang panjang (long short-story).
Pada kegiatan pembelajaran ini, Anda diajak untuk membahas sebuah cerita pendek dengan mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesan-kan dari cerita pendek tersebut melalui kegiatan berdiskusi. Oleh karena itu, bacalah cerita penclek di bawah ini dengan saksama, kemudian diskusi-kan bersama teman-teman Anda dengan panduan pertanyaan yang diterakan di bawah cerita tersebut!
Membacakan Puisi
Kegiatan membaca puisi (poetry reading) merupakan kegiatan yang lebih menekankan aspek suara dan gerak mimik. Aspek suara yang di utamakan adakah lafal, jeda, intonasi, dan aksentuasi (tekanan), sedangkan gerak mimik digunakan untuk menunjukkan ekspresi penghayatan isi puisi yang dibaca.
Selain itu, hal lain yang harus dipahami dalam membaca puisi adalah tema dan cara pengungkapannya. Tema adalah pokok persoalan yang dipercakapkan dan digunakan sebagai dasar menggubah sajak atau puisi. Biasanya tema berdampingan (simultan) dengan amanat, yaitu pesan penyair yang hendak disampaikan kepada pembaca. Dalam puisi, tema dan amanat disamarkan di balik kata-kata. Artinya, kata merupakan simbol atau lambang dari tema dan amanat puisi. Dengan demikian, peng-ungkapan tema dan amanat dalam puisi selalu dinyatakan secara langsung; menggunakan simbol-simbol yang berupa kata tersebut. Jangankan puisi prismatis (puisi yang sulit dipahami karena simbolisasinya dalam), puisi diaphan (puisi transparan yang relatif lebih mudah dipahami) pun tetap menggunakan prinsip simbolisasi.
Misalnya, kata alis dalam "Telah kujelajah dunia dan alis kekasih" (Sitor Situmorang) adalah simbol. Warna merah dan putih pada bendera kita adalah simbol. Kata hijau dalam "Surat Kertas Hijau" (Sitor Situmorang) adalah simbol. "Karangan Bunga" (Taufiq Ismail) adalah simbol. Kata pedang, pelor, mulut peletupan, angsa, darah, dan anggur (dalam beberapa puisi W.S. Rendra) adalah simbol. Jadi, penyair mengungkapkan tema dan amanat dalam puisi-puisinya dengan cara-cara yang tidak langsung (simbolik).
Membaca puisi (poetry reading) berbeda dengan deklamasi. Pada kegiatan deklamasi aspek yang diutamakan adalah ekspresi, mimik, gerak, dan teknik pembawaan. Deklamasi menuntut pemahaman isi dan menghafal teks puisi yang hendak dideklamasikan.
Dengan kegiatan membaca puisi ini, kita diharapkan dapat membaca puisi dengan penghayatan yang baik dan memperhatikan lafal, tekanan, dan intonasi yang disesuaikan dengan isi puisi.
Dalam puisi di atas, Chairil Anwar mengunakan kata-kafa simbolik termangu, kerdip lilin, kelam, sunyi, hilang bentuk, remuk, mengembara di negeri asing, di pintu-Mu aku mengetu k, aku tidak bisa berpaling. Dalam keadaan ter-mangu (termenung atau terdiam karena sedih, kecewa, bingung, terkejut, c16-t sebagainya), ia masih berusaha menyebut dan menyerukan Tuhan karena ke-maha-an-Nya (penuh seluruh). Namun begitu, ia masih tetap saja
pergi ke mana-mana tanpa tujuan dan tempat tinggal yang jelas (mengembara di negeri asing) seolah-olah ia bisa melakukan apa saja tanpa penyertaan Tuhan sehingga ia mengalami kehancuran (hilang bentuk, remuk). Dalam keadaan demikian, ia mempunyai sedikit pengharapan (kerdip lilin atau cahaya). Meskipun sedikit (kerdip), namun ia percaya bahwa diri-nva tidak akan binasa (hilang bentuk, remuk) dalam hidupnya (negeri orang). dieh karena itu, pada akhirnya ia menyadari bahwa apa pun dan bagai-mana pun keadaannya, ia tidak bisa jauh-jauh atau melepaskan diri dari Tuhan: //Tuhanku/ di pintu-Mu aku mengetuk/aku tidak bisa berpaling//.
Menulis Puisi Lama dengan Memerhatikan Bait, Irama, dan Pola Rima
Puisi lama adalah puisi yang berkembang di kalangan masyarakat zaman dahulu (terutama masyarakat Melayu). Bentuknya sangat terikat oleh aturan persajakan sehingga jumlah larik dalam setiap bait, irama, pola rima, jumlah kata dan suku kata dalam tiap larik atau baris sudah tertentu. Yang termasuk jenis puisi lama adalah syair, pantun (termasuk pantun berkait), karmina, talibun, gurindam, seloka, dan tamsil. Ada juga bentuk puisi lama pengaruh Arab Parsi seperti masnawi, ruba'i, kit'ah, nazam, dan gazal.
Bait adalah kesatuan dalam puisi yang terdiri atas beberapa larik atau baris. Jadi, jumlah baris atau larik dalam tiap bait tidak sama dan justru itu yang antara lain membedakan antara bentuk puisi yang satu dengan yang lain. Misalnya, syair terdiri atas empat larik tiap bait, pantun biasa terdiri atas empat baris tiap bait, gurindam terdiri atas dua baris, dan talibun terdiri atas enam larik atau lebih asal genap. Jumlah kata atau suku kata dalam tiap larik atau baris memang tidak selalu sama, tetapi secara umum berkisar antara 4-6 kata (8-12 suku kata).
Irama merupakan alunan yang terjadi dalam puisi karena pengulangan dien pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi, keras iiirelabru t tekanan, dan tinggi rendahnya nada dalam sebuah puisi.
Rima merupakan pengulangan bunyi yang berselang, baik dalam larik maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan. Ada bermacam-usacam pola rima, misalnya rima akhir, rima berpeluk, rima dalam, rima triagah, rima pasang, rima sama atau lurus.
Daftar Pustaka : PIRANTI DARMA KALOKATAMA
Loading...