Loading...

Pengembangan Potensi Melalui Belajar

Loading...

Pengembangan Potensi Melalui Belajar


Belajar merupakan proses yang melekat pada diri kita dan bermakna dalarn kehidupan. Dalam meningkatkan makna belajar, proses tersebut harus dilandasi oleh kesadaran yang mendalam serta meliputi kesadaran emosional, intelektual, spiritual, sosial, dan budaya. Oleh karena itu, proses belajar tersebut ditempatkan dalam situasi yang kondusif sehingga benar-benar mencapai sasaran dan tujuan. Belajar dalam konteks yang luas meliputi belajar untuk mampu belajar lebih lanjut (learning to further learning), belajar untuk mengerti orang lain (learning to understand others), belajar untuk bertahan hidup (learning to be, learning to live), belajar untuk mampu hidup dalam konteks sosial (learning to live together), belajar untuk mengerti din sendiri (learning to understand one own self) sampai pada belajar membaca tanda-tanda zaman (learning to read the ages phenomena). Makna belajar bukan hanya bagi individu, tetapi lebih jauh bagi kepentingan masyarakat dan kebudayaan.

Asas belajar sepanjang hayat (long life learning), berlaku untuk seseorang selama hayat dikandung badannya. Setelah meninggal, putuslah proses belajarnya. Namun, dalam konteks yang lebih luas umat manusia, dan generasi ke generasi akan terus belajar. Oleh karena itu, belajar sebagai suatu proses “tanpa batas”. Dengan demikian, penciptaan suasana belajar tersebut harus diarahkan untuk mengantisipasi han-han yang akan dating (learning for the future).



Belajar Unutuk Masa Depan

Belajar untuk masa yang akan datang menuntut strategi, visi, antisipasi, dan kepedulian yang lebih meningkat dibandingkan dengan han-han yang telah lalu. Masa yang akan datang merupakan tantangan bagi generasig enerasi selanjutnya (the future, is the challenge). Proses belajar yang telah diwariskan secara turun-temurun (tradisional) tetap tidak akan “kehilangan” makna untuk situasi-situasi yang bermuatan ernosional, sosial, dan spiritual. Metode pembiasaan dan keteladanan dalam belajar-mengajar, tetap akan bermakna dalam mensosialisasikan, mengkulturasikan, dan mengintemalis asikan nilai manusia yang berakhlak. Sementara itu, perkembangan hidup yang makin terbuka dan kemajuan yang makin cepat, akan terbelenggu oleh tradisi.

Berdasarkan pandangan konsep “belajar”, proses kematangan itu tidak akan terjadi “tanpa” proses belajar. Sejak lahir, seorang individu, mulai melakukan kegiatan belajar. Prosesnya lebih bersifat spontan belajar melihat, mendengar, mengeluarkan suara, menggerakkan anggota badan, dan seterusnya. Belajar sebagai suatu proses bagi individu sangat bermakna untuk

“bereaksi” terhadap lingkungannya. Peanan orangtua dan orang-orang yang lebih tua sangat berarti dalam meletakkan dasar-dasar perilaku yang akan menjadi modal dasar individu dalam kehidupannya Iebih lanjut.

Dalam proses pembelajaran, orangtua, orang yankg lebih tua, guru TK, dan guru pada urnumnya harus memperhatikan “potensi dasar”. Potensi dasar yang melekat pada din anak meliputi minat dan perhatian (sense of interest), dorongan ingin tahu (sense of curiousity), dorongan mengetahui yang sebenarnya/kenyataan (sense of reality), dorongan ingin menemukan sendiri (sense of discovery), dorongan bertualang (sense of adventure), dorongan menghadapi tantangan (sense of challenge), dan dan semua dorongan jiwa tersebut, bermuara pada dorongan untuk menyelidiki, meneliti, serta mengkaji (sense of inquiry). Secara bertahap berdasarkan perkembangan usia ke arah kernatangan, munculnya potensi-potensi dasar tersebut pada individu dapat terjadi secara berurutan, kombinasi, ataupun sirn1tan. Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh pembawaan dasar dan “masa peka” masing-masing. Orangtua, yang lebih tua, dan guru, diharapkan mengetahui serta menyadari keberadaan potensi dasar tersebut sebagai "modal" belajar si anak, dan “modal” pembelajaran bagi para pendidik. Para pendidik (orangtua, yang lebih tua, guru) harus berupaya melayani munculnya potensi dasar tersebut secara “arif bijaksana agar potensi-potensi tadi terlayani dengan wajar dan alamiah sehingga si anak sangat senang belajar.

Melalui penerapan prinsip-prinsip tersebut, si peserta didik diperlakukan sebagai potensi apa adanya sehingga mereka menjadi senang belajar sesuai dengan kemarnpuannya. Melalui pendekatan, perencanaan, metode, dan strategi yang terarah, potensi mereka ditingkatkan sampai batas optimal. Dengan demikian, belajar sebagai suatu proses menjadi modal dasar pemberdayaan setiap individu.

Sumber Pustaka: Yudhistira
Loading...