Loading...

Ciri Manusia Berprestasi Dan Inovator Dalam Pembaruan Berbagai Bidang Kehidupan

Loading...

Ciri Manusia Berprestasi Dan Inovator Dalam Pembaruan


Modernisasi dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan masyarakat hidup sesuai dengan tingkat perkembangan zaman. Jika modernisasi sebagai proses untuk menciptakan kondisi-kondisi masyarakat seperti di negara Eropa Barat dan Amerika Utara maka pembangunan politik seperti ini disebut westernisasi. Dalam menelaah ciri-ciri pokok dan masyarakat modem tersebut, penting pula kiranya untuk menelaah orang (manusia) modern. Bagaimana pun juga, modernisasi dimulai dan manusianya dan semua itu adalah untuk meningkatkan kemampuan manusia di dalam memenuhi kebutuhank ebutuhan dasarnya.

Menurut Soerjono Soekanto

Dalam hal ini, Soerjono Soekanto menunjukkan beberapa ciri kuat pada manusia modern, yaitu sebagai berikut.

  1. Manusia modern adalah orang yang bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru maupun penemuan-penemuan baru.
  2. 2) Manusia modern senantiasa siap untuk menerima perubahan-perubahan setelah ia menilai kekurangan-kekurangan yang dihadapinya pada saat
  3. itu.
  4. Manusia modern mempunyai kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya, dan mempunyai kesadaran bahwa masalah-masalah tersebut berkaitan dengan dirinya.
  5. Manusia modern senantiasa mempunyai informasi yang lengkap mengenai pendiriannya.
  6. Manusia modern lebih banyak berorientasi ke masa kini dan masa mendatang (yang merupakan suatu “sequence”).
  7. Manusia modern senantiasa harus menyadani potensi-potensi yang ada pada dininya dan yakin bahwa potensi tersebut akan dapat dikembangkan.
  8. Manusia modern adalah manusia yang peka perencanaan.
  9. Manusia modern tidak pasrah pada nasib.
  10. Manusia modern percaya pada kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
  11. Manusia modern menyadari dan menghormati hak-hak, kewajiban kewajiban, serta kehormatan pihak lain.


Dalam membentuk manusia modern yang memiliki ciri-ciri tersebut tidak semudah seperti yang direncanakan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua aspek tradisional adalah buruk. Oleh karena itu, harus pula ditelaah dan diadakan identifikasi terhadap aspek-aspek tradisional yang dapat mendukung terbentuknya manusia modern itu. Faktor-faktor yang dapat menjadi penghalang manusia modern, yaitu keterbatasan kemampuan dalam menempatkan din dalam peranan pihak lain (tepa selira) tingkat aspirasi yang rendah, kegairahan yang kurang untuk rnenguasai masa depan, ketidakmampuan untuk menunda kepuasan suatu kebutuhan, serta tidak mempunyai daya kreasi dan inovasi. Oleh karena itu, menurut Niehoff diperlukan seorang inovator sebagai pembawa pembaruan.

Tingkah laku inovator itu terhadap golongan sasaran didasarkan atas “rencana” yang disiapkan, dengan tujuan membawakan suatu “ide/konsepsi”. Perilaku inovator tersebut dinyatakan berhasil jika ide atau cara baru itu akhirya diterima atau “diintegrasikan” terhadap golongan sasaran. Biasanya didahului oleh proses akulturasi. Syarat-syarat atau ciri-ciri orang pembawa pembaruan (inovator) itu menurut Niehoff adalah sebagai berikut.
  • Berkomunikasi secara mantap, baik secara formal dalam grup maupun secara personal (berhadapan muka).
  • Melakukan peranan (image/gambaran yang diciptakan) berdasarkan kemampuannya dalam bahasa, pengertian budaya, kesanggupan teknis dan keanggotaan dalam masyarakat secara resmi.
  • Menunjukkan ide atau teknik baru (demonstrasi) kepada penerima pembaruan sebagai sebuah metode yang meyakinkan mereka untuk menerimanya.
  • Partisipasi golongan sasaran mi karena mereka itulah yang kemudian diharapkan melanjutkan ide baru yang dibawakan oleh mereka sendiri.
  • Memanfaatkan pola kebudayaan golongan sasaran (secara adaptasi atau bersaing secara sehat).
  • Penggunaan lingkungan setempat yang relevan.
  • Penggunaan atau cara memilih waktu yang tepat di dalam usaha membawa ide baru itu.

  • Pemilikan cara membina keluwesan (“flexibility’) yang tepat, kalau perlu mengubah taktik menjadi lebih sesuai dengan keadaan atau kesulitan yang dihadapi.
  • Membina kontinuitas demi memelihara kepercayaan golongan sasaran, juga setelah “habis waktunya”.
  • Memperhatikan “pemeliharaan” inovasi baru itu dalam golongan sasaran yang telah menerimanya (secara teknis dan secara organisatoris).
Sumber Pustaka: Grafindo Media Pratama
Loading...